AKU SANGAT MEMBUTUHKAN-MU

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yg tlah memberi sebaik-baik nikmat berupa Iman dan Islam.Yg menciptakan manusia dan tdk membutuhkan mereka, Yg menciptakan mereka agar mau tunduk dan mengagungkan-Nya, Yg segala manfaat dan madharat ada di tangan-Nya. Semoga pujian dan keselamatan terlimpah kpd Nabi Muhammad SAW, sang kekasih Ar-Rahman, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Amma ba’du.

Saudaraku, menjalani kehidupan di alam dunia adalah sebuah cobaan dari Rabbul ‘alamin. Allah ta’ala berfirman “Yg menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapakah di antara kalian yg terbaik amalnya.” (Al-Mulk: 2). Untuk itulah, sebaik-baik insan adalah yg senantiasa menghadirkan perasaan bahwa Rabbnya sedang mengujinya, dgn apapun yg sedang dialaminya; kesenangan, musibah, ataupun terjerembab dlm dosa dan fitnah.

Apakah dia bisa mjd seorang hamba yg merendahkan diri dan mengagungkan Rabbnya dgn penuh rasa cinta kepada-Nya, yaitu dgn mempersembahkan ibadahnya hanya untuk Dia semata. Sebagaimana ayat yg selalu kita baca setiap harinya, di setiap raka’at sholat yg kita lakukan. Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. ‘Hanya kpd-Mu –ya Allah- kami beribadah, dan hanya kpd-Mu kami meminta pertolongan.’ Dari situlah, maka segala bentuk kejadian yg menimpanya semestinya dapat mjd sarana untuk menggapai ridha dan cinta-Nya.

Tatkala kenikmatan menyapa, maka segenap rasa syukur pun dia panjatkan kpd-Nya. Tatkala musibah melanda dan menyayat hati, maka ridha dgn takdir dan bersabar menerima kenyataan adalah ibadah yg akan menghiasi hati, lisan, dan anggota badannya. Demikian pula, ketika hawa nafsu dan bujukan syaitan memperdaya dirinya sehingga dia pun menerjang larangan atau melalaikan kewajibannya, maka kesejukan taubat dan air mata penyesalan akan menghampiri jiwanya.

Saudaraku, berapa banyak kenikmatan yg telah dicurahkan Rabbul ‘alamin kpd kita? Entah berapa banyak, tak ada seorang profesor pun yg yg bisa menjawabnya. Namun, lihatlah keadaan dan tingkah laku kita… Betapa sedikit rasa syukur kita kepada-Nya, dan betapa banyak kemaksiatan yg kita lakukan kepada-Nya. Orang bilang, ‘Air susu dibalas Air tuba’. Alangkah buruknya, akhlak kita kpd-Nya… Kita mengaku muslim (orang yg pasrah), namun betapa sering kita MEMBANTAH ATURAN dan KEBIJAKSANAAN-Nya. Kita mengaku beriman, namun betapa sering PERINTAH dan LARANGAN-Nya kita INGKARI serta berita-Nya yang KITA ABAIKAN. Aduhai, apakah kita merasa mampu membahayakan Rabb yg menguasai jagad raya, dgn kedurhakaan kita kpd-Nya? Demi Allah, hal itu tidaklah bisa membahayakan-Nya! Kamu ini hidup untuk apa?!

Allah berfirman (yg artinya), “Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kpda-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Saudaraku, banyak orang mengira dgn maksiat mereka akan meraih bahagia. Padahal, sebaliknya. KEBAHAGIAAN SEJATI tak pernah bisa diraih dgn KEDURHAKAAN kpd-Nya. Seorang profesor yg mulia Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah beberapa waktu lalu –dlm ceramahnya di Masjid Istiqlal Jakarta- menyampaikan nasehat yg sangat indah untuk kaum muslimin di Indonesia. Beliau berkata, ‘As-Sa’aadah biyadillah, wa laa tunaalu illa bi thaa’atillah’. KEBAHAGIAAN itu ada di tangan Allah, dan ia tak akan diraih kecuali dgn taat kpd Allah. Sebuah kalimat yg ringkas, namun sarat akan makna! Semoga Allah membalas beliau dgn sebaik-baik balasan atas nasehat dan arahannya untuk kita…

Saudaraku, demikianlah kenyataannya. Tak ada setetes pun kebahagiaan yg hakiki yg akan diperoleh seorang hamba yg lemah dan penuh dgn kekurangan kecuali dgn cara tunduk dan taat kpd Rabb yg menciptakannya. Oleh sebab itu, Allah mengingatkan segenap insan di alam dunia ini bahwa keberuntungan dan kebahagiaan hanya diberikan kpd mereka yg benar-benar taat dan mengabdi kpd-Nya. Allah berfirman, “Demi masa, sesungguhnya semua orang benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yg beriman dan beramal shaleh, serta saling menasehati dlm kebenaran dan saling menasehati dlm kesabaran.” (Al-‘Ashr: 1-3). Allah juga mengingatkan, “Barangsiapa yg mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tdk akan sesat dan tdk akan binasa.” (Thaha: 123).

Allah berfirman , “Barangsiapa yg dibebaskan dari neraka, dan dimasukkan ke dlm surga maka sesungguhnya dia telah beruntung/sukses. Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan SEKEDAR KESENANGAN YG MENIPU.” (Ali Imran: 185). Allah ‘azza wa jalla juga menyatakan, “Adapun barangsiapa yg merasa takut akan kedudukan Rabbnya dan menahan dirinya dari memperturutkan hawa nafsunya, maka surgalah tempat kembalinya.” (An-Naazi’aat: 40-41)

Ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi rahimahullah berkata, “Tidak ada kehidupan bagi hati, tdk juga kesenangan dan ketenangan, kecuali dgn cara mengenal Rabb, sesembahan, dan pencipta dirinya. Yaitu dgn mengenal nama-nama, sifat-sifat, serta perbuatan-perbuatan-Nya. Di samping itu semua, dia menjadikan Allah sebagai sesuatu yg lebih dicintainya di atas segala-galanya. Oleh sebab itulah, usaha yg dilakukannya –di alam dunia ini – adalah untuk melakukan perkara-perkara yg DAPAT MENDEKATKAN DIRI kpd-Nya, bukan kpd selain-Nya yg mereka itu semua adalah makhluk-Nya.” (Syarh Aqidah Thahawiyah)

Maka berbahagialah orang yg diberikan taufik hidayah oleh Allah untuk mengenal Islam dan mencintainya, mengenal Muhammad SAW dan mengikuti ajarannya, serta menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sesembahan dan TEMPAT BERGANTUNGNYA HATI baginya. Rasulullah SAW bersabda, “Akan bisa merasakan lezatnya iman, yaitu ORANG YG RIDHA Allah sebagai Rabbnya, RIDHA ISLAM sebagai agama, dan Muhammad SAW sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-Abbas bin Abdul Muthallib r.a).
Lezatnya keimanan, bukan diraih dgn mencicipi berbagai macam resep masakan di berbagai restoran dan rumah makan. Apalagi dgn melakukan perkara-perkara yg MENGUNDANG MURKA Allah yg sangat keras hukumannya. Hal ini menunjukkan kpd kita –wahai saudaraku yang mulia, semoga Allah menyelamatkan kita dari pedihnya neraka- bahwa kebahagiaan yg bersemayam di dalam dada dlm BENTUK RIDHA kpd takdir-Nya, selalu merasa di bawah pengawasan-Nya, INGIN MENGGAPAI CINTA dan RIDHA-Nya, BERHARAP dan TAKUT kpd-NyaMERUPAKAN KELEZATAN TIADA TARA yg menghiasi hati orang-orang yg mengenal keagungan Rabbnya. Kelezatan yg bisa diraih dgn taat kpd-Nya. Mereka itulah sesungguhnya ORANG YG BENAR_BENAR HIDUP dialam dunia ini, dgn cahaya iman dan ketaatan kpd Allah dan rasul-Nya.

Adapun orang-orang ‘TAMPAK BERBAHAGIA’ di alam dunia yg fana ini, sementara mereka adalah PARA PEMBANGKANG dan PEMBANTAH ATURAN-Nya, maka sesungguhnya kebahagiaan mereka adalah KESENANGAN YG SEMU dan akan BER-AKHIR DGN KESENGSARAAN YG TIADA TARA. Aduhai, betapa malang orang yg MENJUAL KEBAHAGIAAN YG HAKIKI dan ABADI dgn kesenangan yang semu dan sementara!

Mereka tersenyum, tertawa, dan penuh keceriaan, PADAHAL MEREKA BERGELIMANG DGN DOSA dan KEMAKSIATAN kpd Rabbnya. Mereka tampakkan kpd manusia seolah-olah mereka bahagia dgn kemaksiatannya. Mereka gambarkan kpd manusia bahwa dgn meninggalkan perintah Allah dan rasul-Nya akan memberikan JALAN PINTAS bagi siapa saja untuk meraih kepuasan dan kenikmatan yg luar biasa. Subhanallah, Maha suci Allah… alangkah buruk perbuatan mereka. Mereka rela MENJUAL AGAMANYA demi mendapatkan secuil kenikmatan dunia. Yg dunia itu di sisi Allah tdk lebih berharga daripada sehelai sayap nyamuk! Allahu akbar!

Maka ingatlah selalu wahai saudaraku –semoga Allah meneguhkan diriku dan dirimu di jalan-Nya- kehidupan kita di dunia ini akan berakhir dgn KEMATIAN dan BERSAMBUNG di alam kubur dan HARI KEBANGKITAN. Akan ditanyakan kpd kita ‘siapakah sesembahanmu, apa agamamu, siapakah nabimu’. Apakah akan kita jawab nanti bahwa sesembahan kita adalah HAWA NAFSU, agama kita adalah KEBEBASA ala binatang, dan NABI kita adalah para WALI-WALI SYAITAN? Ya Allah, lindungilah kami dari pedihnya hukuman-Mu…

Lantas, pd saat ini ketika kaki kita masih menginjakkan bumi yg Allah ciptakan, paru-paru kita masih menghirup udara yg Allah ciptakan, tenggorokan kita masih terbasahi dgn air yg Allah alirkan, kulit kita masih merasakan hangatnya sinar matahari yg Allah ciptakan, mata kita masih bisa memandang berkat adanya cahaya yg Allah ciptakan, jantung kita pun masih berdegup mengalirkan darah yg Allah ciptakan, lidah kita masih bisa bergerak dan melontarkan kata-kata yg semuanya pasti Allah dengarkan, maka adakah di antara kita yg membusungkan dadanya di hadapan manusia dan berkata, “Ya Allah, aku tdk membutuhkan-Mu selama-lamanya!”?

Tentu saja, tdk ada orang sebodoh itu yg mampu melakukannya. Namun, KENYATAANNYA tingkah laku dan perbuatan kita menunjukkan betapa cueknya kita terhadap aturan dan bimbingan-Nya. Seolah-olah tdk ada gunanya Allah mengutus rasul-Nya, tdk ada gunanya Allah turunkan kitab-Nya, dan tdk ada gunanya Allah ciptakan surga dan neraka… Karena KITA TELAH DISIBUKAN dan TENGGELAM dlm kedurhakaan kpd-Nya…. Dan kita jadikan umur kita habis untuknya, cinta dan benci bukan karena-Nya, memberi dan tdk bukan karena-Nya, diam dan bergerak juga bukan karena-Nya. Bahkan, yg lebih jelek lagi… kita telah memandang keburukan dan dosa kita sebagai KEBAIKAN dan JASA, na’udzu billahi min dzaalik. Afaman zuyyina lahu suu’u ‘amalihi fa ra’aahu hasana..

Maka ketahuilah saudaraku, bahwa kita –TANPA TERKECUALI- sangat membutuhkan-Nya, di mana saja dan kapan saja kita berada. Karena sesungguhnya langit dan bumi serta segala sesuatu yg di dalamnya adalah berada di bawah kekuasaan dan aturan-Nya. Apa saja yg Allah kehendaki PASTI TERJADI, dan apapun yang tdk Allah kehendaki tidak akan pernah terjadi. Karenanya taufik hidayah adalah di tangan-Nya, bukan di tangan kita… maka mintalah kpd-Nya semoga Allah mencurahkan taufik hidayah dan bimbingan-Nya kpd kita dan tdk MENELANTARKAN KITA dlm kebingungan dan dibiarkan hidup TANPA BANTUAN dari-Nya. Apakah engkau WAHAI RAJA PENGUASA, PARA PEMIMPIN DAN WAKIL-WAKIL RAKYAT YG MEWAKILI HUKUMNYA merasa tdk butuh kpd-Nya? Apakah engkau WAHAI ORANG KAYA, merasa tdk butuh kpd-Nya? Apakah engkau WAHAI TENTARA, merasa tdk butuh kpd-Nya? Apakah engkau WAHAI ORANG YG RUPAWAN dan BERPARAS JELITA merasa tdk butuh kpd-Nya? Apakah engkau WAHAI PARA ULAMA DAN DA'I, merasa tdk butuh kpd-Nya?

Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Semoga Allah mecurahkan kasih sayang yg begitu indah kepada saudara kita Abu Muslih yg telah berbagi renungan ini, terima kasih wahai saudaraku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jaringan Penyokong

Anatomi Daun

Pengertian MUATABAH