Sudah Benarkah Cara Kita Bertuhan?

Menyusuri kehidupan adalah meniti tapak-tapak perjalanan yang cukup panjang, penuh onak dan duri, jurang yang terjal dan dalam. Kehidupan yang ada di dunia ini dari hari ke hari penuh dengan corak warna-warni. Bahkan kini di zaman yang notabene "modern" semakin memperlihatkan kesuramannya. Kita simak saja berita yang ada di media massa baik surat kabar, majalah ataupun televisi. Yang paling dominan adalah meyajikan berita-berita kriminalitas dan penyimpangan. Mulai dari pencurian hingga perampokkan, dari penganiayaan ringan hingga pembunuhan, dari pelecehan seksual hingga pemerkosaan, dari kerusuhan lokal hingga internasional. Termasuk di dalamnya isu-isu tentang korupsi dan kolusi yang diakukan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Berita-berita semacam itu seakan-akan menjadi santapan setiap hari. Rasanya kita bosan membaca berita yang monoton dan terkesan basi itu.

Bila disimak dan dikaji lebih mendalam, kejadian-kejadian tersebut tidak lepas dari bagaimana cara manusia dalam bertuhan. Semua kejadian yang mewarnai roda kehidupan ini seperti; peperangan, pembunuhan, krisis moneter, krisis ekonomi, krisis budaya, krisis moral, krisis akhlak, kebakaran, gempa bumi, kemarau panjang, penyimpangan seksual, korupsi, kolusi, manipulasi, sogok-menyogok, perebutan harta warisan, perebutan kursi jabatan, perselingkuhan, pembuangan bayi dan sebagainya hanya ada satu kunci penyebabnya yaitu manusia belum bertuhan secara benar.

Memang sudah mendirikan shalat, puasa, zakat, berhaji, berinfak dan sebagainya. Tapi apakah ibadah-ibadah yang dilakukannya itu murni karena Allah swt semata, atau ada motivasi lain yang selain Allah swt?

Berhala modern

Memang di zaman modern yang serba canggih ini tidak ada lagi berhala-berhala. Patung tidak lagi dijadikan sebagai sesembahan tempat menggantungkan segala harapan. Tapi apakah manusia menyadari dalam setiap perkataan dan perbuatannya didominasi oleh hawa nafsu? Bukankah itu namanya mengabdi kepada hawa nafsu? Manusia gampang ingkar terhadap janji yang dibuatnya sendiri.

Kita telah berjanji setiap waktu dalam shalat bacaan al-Fatihah yang artinya "Hanya kepada Engkaulah kami mengabdi, dan hanya kepada Engkaulah kemi mohon pertolongn."

Menunaikan zakat, apakah hanya kegiatan basa-basi belaka? berpuasa di bulan Ramadhan, apakah hanya sekedar rutinitas saja? Berangkat ke Mekah menunaikan ibadah haji, apakah bukan karena gengsi? Demikian ketika keta melepaskan untaian kata dari celah kedua bibir apakah dengan emosi atau dengan pikiran yang jernih? Tidakkah kita sombong kepada sesama, ingat saudara kekurangan disaat kita berlebih? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang semacam itu.

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu bisa kita jawab dengan hati nurani yang paling dalam. Jangan sampai aktivitas kita sehari-hari hanya bernilai nol besar di hadapan Allah swt. Sementara kita selalu berikrar setiap saat melalui do'a iftitah yang artinya:" Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata hanya untuk Alah seru sekalian alam."

Bagaimana bertuhan yang benar?

Islam berarti taat, patuh dan pasrah. Jadi apabila kita mengaku beragama Islam maka kita harus taat, patuh dan pasrah terhadap aturan-aturan yang ditentukan oleh Allah swt. Aturan-aturan tersebut tak lain tak bukan terdapat dalam al-Qur'an dan As-Sunnah. Keduanya adalah sumber dari segala sumber hukum. Keduanya adalah pedoman hidup yang pasti dapat menyelamatkan manusia dari segala macam penyakit "jasmani dan rohani". Hanya Islam yang bisa mengatasi bebagai penyakit sosial yang melanda masyarakat dewasa ini. Al-Qur'anlah obat mujarab yang akan menyelesaikan berbagai penyakit. Allah swt berfirman:

"Dan Kami turunkan al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."(QS.Al-Israa': 82)

Al-Qur'an artinya bacaan yang harus dibaca setiap saat. Jangan sampai Qur'an hanya dijadikan hiasan rumah dan dibuka ketika ada orang meninggal dunia. Inilah bentuk kekeliruan yang sebenarnya sangat fatal. Kekuatan al-Qur'an sebagai wahyu Tuhan hilang sebagai akibat memperlakukan al-Qur'an secara keliru.

Bahkan di zaman ini kedudukan al-Qur'an telah tergeser oleh koran. Dari pagi hingga malam hari orang begitu semangat melahap banyak koran. Tidak cukup satu, bahkan terkadang dua atau tiga surat kabar.

Kita bukanlah hendak melarang membaca koran. Namun betapa nistanya, bacaan mulia yang diturunkan langsung dari langit melalui Rasul mulia Muhammad saw, kemudian dipandang sebelah mata. Ia ada dalam slogan, dan dalam dogma-dogma agama. Padahal, koran hanya berisi opini-opini yang sudah banyak direkayasa dan penuh dengan kepentingan-kepentingan. Unsur pembentuk informasi yang tersaji di media massa adalah memenuhi hajat pembacanya perihalinformasi dunia. Berita yang terkandung didalamnya hanya bersifat informatif.

Sementara Qur'an dengan segala kemuliaannya memberikan berbagai gambaran masa depan, membimbing manusia pada jalan yang benar, mengingatkan akan bahayanya memilih jalan yang bengkok, dusta, serakah, sombong, munafik, cara bermu'amalat hingga kepada mendidik keluarta dan rumah tangga. Semuanya penuh dengan kesejukan dan ketenangan.

Bila ada orang yang ingin hidup tenang akan tetapi lebih cinta kepada koran, majalah atau media massa sejenisnya, maka mereka telah keliru, salah alamat. Semua media itu tidak memberikan apa-apa selain dari informasi belaka. Titik.

Memfungsikan Shalat

Sebagai salah satu manifestasi dari cara bertuhan yang benar, bagaimana cara shalat kita? Apakah benar-benar telah tegak, sebagai shalat dalam arti yang sebenarnya? Ataukah masih kita lakukan dengan sambil lalu? Padahal alangkah nikmatnya bila kita resapi rangkaian doa yang telah disediakan dalam shalat itu, seperti, "Ya Allah, kasihanilah aku, cukupkanlah segala kekuranganku, berilah aku petunjuk, berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku."

Demikian halnya dengan rangkaian bacaan yang lain yang ada dalam setiap gerakan shalat. Bila hal itu sudah dijiwai, insya Allah apa yang diinformasikan al-Qur'an akan manfaat shalat yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar dapat tercapai.

Firman Allah swt, "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu yaitu al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabut: 45)

Kita berlindung kepada Allah agar tidak termasuk dalam kelompok orang lalai, seperti firman-Nya, "Dan sesungguhnya kami jadikan (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dadn manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami(ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata(tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat(tanda-tanda kekuasaan Allah), dana mereka mempunyai telinga(tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengan(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka labih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raaf: 179)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jaringan Penyokong

Anatomi Daun

Pengertian MUATABAH