Sudahkah kita amanah?

Kata 'amanah' tentunya tidak asing lagi ditelinga kita karena sudah menjadi bahasa sehari-hari. Agar lebih menyentuh kehati dan tertanam dengan baik, tentu perlu adanya tahapan sebagaimana orang menanam.

Langkah-langkah menanam adalah pertama kali kita harus menggemburkan tanah, yaitu dengan menggemburkan hati kita yang tadinya keras dengan nasihat-nasihat menjadi peka dengan memperbanyak mengingatNYA atau dzikrulloh; dzikrulloh dengan merenungkan apa yang kita lafalkan sebagai akad atau janji yang teguh dihadapanNYA.

Sentuhan-sentuhan tersebut akan membuka mata hati kita pada pemahaman yang dengan pemahaman itu menjadikan kita senantiasa mawas diri karena komunikasi yang intens. Komunikasi yang intens kepada Maha Pembalas akan terefleksi dari dzikir-dzikir tersebut pada diri kita; setahap demi setahap dan DIA-lah penentunya. Pada dasarnya peribadatan point utamanya tidak lepas dari mengingat, namun sholat lebih komplit bukan sekedar mengingat saja namun melibatkan seluruh jiwa raga.

Dengan selalu menempatkan diri pada sifat ketanahan, rela dipijak, rela menerima, rendah hati, atau singkatnya awalkali lapang dada inilah bagian atau langkah-langkah pengenalan diri. Dimana dalam sujud kita cium sebagai bentuk kepasrahan, kepatuhan, ketundukan, ketaatan kita; dengan kepasrahan ini pula kita terbuka untuk mengenali dosa/kesalahan kita yang pada intinya disebabkan daripada lalai terhadapNYA; lalai dari mengingatNYA bahwa kita semua akan kembali kapanpun DIA memanggil tidak peduli dalam keadaan siap ataupun tidak, dan bahwasanNYA DIA senantiasa mengawasi kita -- tahu apa saja yang kita niatkan apalagi yang kita perbuat/usahakan.

Setelah menjadi lunak tentunya nasihat-nasihat bukan lagi pemanas kuping, namun penyejuk laksana air bukan sekedar angin lalu saja yang seringkali menjadikan mual karena kembung masuk angin. Nasihat yang membuat masuk angin tentunya arahan yang tidak punya arah dan tujuan alias tidak jelas. Karena apapun yang kita seru selain Alloh sebagai objek orientasi adalah kesia-siaan. Begitu juga dengan doa-doa yang kita panjatkan hendaknya jangan seperti siulan yaitu indah dimulut saja namun tidak menyentuh hati.

13:14. Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.

Namun sebaliknya jika kita membiasakan dengan perkataan yang baik yang berguna dan menyeru kepada kebaikan pula tentunya kebaikan itu juga didasari semangat semata-mata mengharap ridhoNYA dengan saling menasihati maka saripati nasihat akan kita terima laksana air yang menyejukan. Sehingga kita benar-benar hidup menuju kehidupan sesungguhnya.

Hidup menuju kehidupan bukan kebinasaan. Karena kita memandang hidup minimal dari gerak namun gerak tanpa arah yang pasti atau justru menuju kebinasan/kehancuran baik lambat ataupun cepat dan pada umumnya tidak disadari karena lalai dari yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus makhluknya.

Untuk mengenali arah ini kita perlu cahaya dengan cahaya itu kita bisa membedakan mana yang arah-gerakannya menuju kehidupan/perbaikan atau justru pada kehancuran; tentunya dengan serangkaian perjalanan ruhani yang lumayan panjang dan tak kenal lelah atau putus asa.

DIA-lah Alloh Tuhan semesta alam ; cahaya diatas cahaya. Marilah menuju cahaya tersebut dari wilayah-wilayah yang dapat kita pahami dengan jelas terutama dari diri kita dahulu. KalamNYA teramat lembut/halus apabila kesensitifan kita hanya membuat kita mengeluh tentunya susah memaknai bahasaNYA yang halus.

Demikianlah serangkaian bahasan kita yang pada intinya kita akan amanah jikalau betul-betul memahami hidup bukan untuk meninggal namun justru kembali; kembali kepadaNYA.

Hidup sendiri adalah amanah dan mengemban amanah pula dengan jalan senantiasa saling mengingatkan dengan penuh tanggung jawab.

Intinya semuanya amanah sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh.

Mari kita reflesikan diri sebagai sebagai muslim sejati, jika sekedar KTP tentunya tidak amanah justru akan menjadi fitnah atau memperburuk citra muslim itu sendiri bahkan Islam.

8:27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat, mohon maaf apabila selama ini ada kata-kata yang menyinggung. Kalaupun keras anggaplah sebagai pemicu atau cambuk dan jangan lupa untuk berbagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jaringan Penyokong

Anatomi Daun

Pengertian MUATABAH