Meneladani Kepemimpinan Rasulullah secara Holistik

Dengan menyebut Asma Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji hanya hanya bagi Allah,yg memuliakan islam dengan pertolongan-Nya,yg menghinakan kesyirikan dengan keperkasaan-Nya.Mengatur semua urusan dgn ketetapan-Nya,mengulur batas waktu bagi orang-orang kafir dengan makar-Nya.Yang mempergilirkan hari2 bagi manusia dgn keadilan-Nya,dan yg menjadikan hasil akhir sbg milik orang2 yg bertaqwa dengan keutamaan-Nya.
Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada baginda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam,keluarga,para sahabat,serta kaum muslimin yg selalu mengikuti risalahnya.



Hampir tidak ada tokoh dalam sejarah yang ditulis, dipelajari, dibahas, dan dijadikan panutan dalam setiap ucapan, persetujuan, larangan dan perilakunya, selengkap, sedetil, dan sebanyak Nabi Muhammad SAW. Jumlah halaman dan buku yang ditulis mengenainya tidak terhitung jumlahnya, seolah pena telah kehabisan tinta untuk melukiskan betapa luas hidayah dan rahmat Allah yang dibawanya.

Teladan kepemimpinan sesungguhnya terdapat pada diri Rasulullah SAW karena ia adalah pemimpin yang holistic, accepted, dan proven. Holistic karena beliau adalah pemimpin yang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang termasuk di antaranya: self development, bisnis, dan entrepeneurship, kehidupan rumah tangga yang harmonis, tatanan masyarakat yang akur, sistem politik yang bermartabat, sistem pendidikan yang bermoral dan mencerahkan, sistem hukum yang berkeadilan, dan strategi pertahanan yang jitu serta memastikan keamanan dan perlindungan warga negara. Kepemimpinannya accepted karena diakui lebih dari 1,3 milyar manusia. Kepemimpinannya proven karena sudah terbukti sejak lebih 14 abad yang lalu hingga hari ini masih relevan diterapkan.

Faktor lain yang mereduksi nilai keteladanan leadership dan manajemen Rasulullah SAW adalah rabun dekat kaum muslim sendiri. Yang dimaksud rabun dekat adalah ketidakmampuan melihat perjalanan hidup Rasulullah SAW secara lengkap dan holistik baik dimensi sosial, politik, militer, edukasi, dan hukum kemudian memformulasikan nilai-nilai keteladanan tersebut ke dalam suatu model yang dapat diteladani dengan mudah.

Saat ini cara pandang kebanyakan kita terhadap Rasulullah SAW adalah one-sided. Artinya hanya menjadikan Muhammad SAW sebagai pemimpin keagamaan saja. Daerah tertorialnya hanya di masjid dan mushalla. Kita menjadikan Muhammad SAW sebagai panutan saat kita shalat saja tetapi bila sudah keluar dari masjid masuk ke bank atau lembaga keuangan lainnya, maka suri tauladannya ditinggalkan. Ketika melakukan transaksi ekspor-impor petuahnya tentang kejujuran diabaikan. Ketika melakukan promosi iklan di media, fatwanya tentang akhlak dan kewajiban menghormati wanita agar jangan dijadikan objek murahan diacuhkan.

Setiap musim maulid tiba, banyak dibacakan shalawat-shalawat panjang, diba, dan barzanzi. Tetapi semua itu sebatas dikumandangkan di masjid, madrasah dan rumah-rumah saja. Saat kembali di lingkungan kerja, kantor misalnya, ternyata kantor kosong dari nilai-nilai akhlak dan keluhuran budi pekerti seperti yang diajarkan barzanzi. Shalawat terus dibaca, barzanzi selalu dikumandangkan tetapi kehidupan ini semakin jauh dari teladan Rasulullah bahkan tidak jarang semakin dekat ke budaya yahudi dan kapitalistik. Si kuat memakan si lemah. Profit jauh lebih diutamakan dari akhlak dan syariah.

Di sisi lain ada juga yang terjebak dalam pengkultusan yang dilarang syariah dan Rasulullah sendiri. Memuliakan Rasulullah adalah wajib, membaca shalawat adalah sunnah, membela kehormatannya adalah fardhu-kifayah bahkan bisa menjadi fardhu ‘ain dalam situasi tertentu. Tetapi hal ini tidak harus membawa kita ke jurang pendewaan Rasulullah yang tidak proporsional. Rasulullah pernah mengatakan, “Janganlah kalian terlalu mengagung-agungkan aku seperti halnya kaum kristen mendewakan Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku ini manusia biasa putra seorang wanita Makkah yang memakan daging yang dikeringkan (lauk sederhana). Panggillah aku Rasulullah dan hamba Allah.” Bukhari Muslim

Banyak di antara kita yang memposisikan Rasulullah terlalu melangit, tinggi, dan jauh di atas sehingga mendekati posisi dewa atau anak dewa. Akibatnya beliau menjadi asing dan tidak bisa ditiru dan dijadikan suri tauladan lagi.

Telaah yang seksama atas sunnah nabawiyah akan mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa Muhammad SAW adalah manusia dengan seluruh sifat kemanusiaannya. Sebagai manusia biasa, ia dilahirkan dengan ayah dan ibu yang jelas, bermain, belajar, bekerja, menikah, dan memiliki keturunan. Beliau berjalan di pasar, membawa barang dagangannya, menyapu rumah, menjahit pakaiannya yang robek, memotong daging serta menyiapkan sayuran di dapur. Beliau juga merasakan apa yang pernah dirasakan oleh manusia pada umumnya seperti rasa harap dan cemas, miskin dan kaya, lapang dan susah, menyendiri dan bermasyarakat.

Sebagai seorang pemimpin beliau berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah di hadapan hukum, memperoleh kemenangan dan kekuasaan, serta merasakan kekalahan dan kesedihan. Tubuhnya tidak terdiri dari besi tetapi daging dan tulang biasa. Kulitnya pernah robek, pelipisnya pernah terluka parah dan 2 giginya tanggal terkena pukulan di Perang Uhud.

Jarang juga kita melihat studi yang mendalam oleh cendekiawan dan personel militer tanah air terhadap strategi militer Rasulullah padahal ia telah memimpin 9 perang besar 53 ekspedisi militer. Suatu jumlah operasi lapangan yang jauh lebih besar dari pengalaman tertorial seorang komandan angkatan bersenjata mana pun. Lebih dari itu semua operasi militer dilakukan tanpa alat komunikasi canggih seperti satelit, handphone, internet, dan fax.

Muhammad SAW adalah manusia yang luar biasa namun bukan tidak mungkin untuk diteladani dan diikuti jejak-jejak kesuksesannya yang multidimensi. Salah seorang guru leadership menyatakan bahwa kepemimpinan yang baik memberikan inspirasi. Itulah yang membedakan pemimpin dengan yang bukan.

Muhammad SAW disamping meninggalkan teladan yang bisa kita copy-paste juga meninggalkan banyak inspirasi dan kebijaksanaan tentang banyak hal. Tugas kita lah mengembangkan inspirasi tersebut sesuai dengan dimensi waktu dan ruang serta dalam radius kekhalifahan yang kita emban.

Allah Berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al Ahzab : 21)

Ya Rabb... kami hanya makhluk yang lemah….yang tak bsa hidup tanpa kuasa-Mu,tak bisa bernafas tanpa kuasa-Mu,bahkan kaki,tangan serta jari2 tangan ini pun tak bisa bergerak tanpa kuasa-Mu. Maha suci engkau yang menciptakan kami dari diri yang satu,dari sesuatu yang sangat hina dina.kami memohon kpd-Mu dengan segala kebodohan kami,degan segala kelemahan kami, jauhkanlah kami dari segala pola hidup yg berlebih-lebihan.

Mohon maaf bila ada ucapan dalam tulisan saya yang tak berkenan di hati saudara semua.
Kesempurnaan adalah milik Allah,Kesalahan adalah mutlak karena kebodohan saya.
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian MUATABAH

Jaringan Penyokong

Anatomi Daun